MAU IKLAN CEPAT DI RATUSAN SITUS
18 December 2014
25 June 2013
16 June 2012
09 October 2011
PERENCANAAN KOTA 2
setelah sekian lama stag...karena beberapa hal maka saya akan memulai kembali menulis blog ini
prakata dalam perencanaan kota 1 telah diutarakan merencanakan sebuah kota bagaikan merencanakan sebuah rumah yg akan dibangun atau direnovasi, karena 'rumah' dan 'kota' sama2 memiliki arti tempat tinggal, tempat bermukim, tempat berlindung, bernaung....sehingga sarana dan prasarananya kira2 memiliki kesamaan hanya skalanya saja yang berbeda. karena alasan arti dan fungsi itulah perlu diterapkan suatu perencanaan atau design awal dalam tahap2 perwujudannya, tahap pemeliharaannya ( mainten-nya) lalu tahap pengembangannya seiring dengan pertambahan populasi.
Mendesain berarti juga membreakdown ( merinci ) konsep - konsep yang akan diterapkan dalam mewujudkan sebuah kota....contohnya kota Bogor ( kota kelahiranku )..konsep apa yg akan diwujudkan ? kota wisata kah, kota pendidikan, atau kota dengan konsep sebagaimana asal namanya buitenzorg ( kota tempat peristirahatan, bukan kuburan loh ) atau bandung yang ngetrend dengan paris van java..atau beberapa kota dengan sebutan kota pelabuhan dll. atas dasar kekuatan konsep dan perencanaan konsep yang matang itulah semua tindakan di design, undang undang atau perda perda semua itu dibuat dalam rangka menjaga keutuhan konsep urban renewal.
setelah kita menentukan konsep kota, selanjutnya kita merinci secara detail "material" dan "komponen" apa saja yg tersedia dan kita perlukan untuk mewujudkan konsep tersebut dengan kata lain potensi daerah apa saja yg akan kita unggulkan dan menjadi agregat utama dalam sebuah tema konsep.lalu setelah berhasil menginventarisasi potensi daerah tadi maka pendayagunaannya harus dioptimalisasi dan dikonversi menjadi pemenuhan kebutuhan warganya.
Pengertian material & komponen agak berbeda tapi keduanya sama sama merupakan variabel yg tidak terpisahkan dalam pengertian tata kota."material" lebih kepada kondisi dan letak geografis, keadaan alam, topografi atau secara umum "material" itu pengertiannya seperti wadah, kanvas atau media..kira2 demikian. sedangkan "komponen" pengertiannya yaitu sesuatu yg mengisi, misalnya warga kota, keragaman budaya, potensi historis, potensi pariwisata, kemajemukan warga atau etnis, potensi sosial akademik dll.ilustrasinya begini, kita membangun rumah memerlukan material yaitu misalnya: pasir, bata, semen, kayu dll sedangkan komponen pengisi rumah misalnya: meubel, lampu, pintu & jendela, lift dalam sebuah bangunan bertingkat dan juga termasuk tanaman penghias taman atau kotak surat bila diperlukan.
dalam perspektif tata kota keduanya harus ditata kelola sehingga keberadaannya berpotensi dan bersinergi positif menjadi daya dukung bagi terwujudnya pembaruan kota. keduanya harus menjadi episentrum pergerakan atau geliat kehidupan disegala aspek poleksosbudhankam.jadi seorang walikota yg tidak pandai dalam mengklasifikasikan keduanya atau bahkan rancu maka akan terjadi pembiasan dalam penataan, kerancuan dalam menentukan prioritas pembangunan kota dan terjebak dalam kemandegan.
keragaman potensi harus dihimpun, diasosiasikan, diberikan ruang gerak. bagaimana mungkin kita akan mengerakan suatu potensi sementara ruang geraknya terbatas. produksi harus bertemu market, pendidikan memerlukan sarana dan prasarana, sains & technologi harus difasilitasi koridor penerapan hingga berdaya guna, termasuk juga hukum & undang-undang harus bertemu ranahnya karena memaintenance sebuah kota harus diawali dengan penerapan hukum dan undang-undang itu sendiri, tanpa diawali keduanya wujud penataan hanya utopi belaka..
prakata dalam perencanaan kota 1 telah diutarakan merencanakan sebuah kota bagaikan merencanakan sebuah rumah yg akan dibangun atau direnovasi, karena 'rumah' dan 'kota' sama2 memiliki arti tempat tinggal, tempat bermukim, tempat berlindung, bernaung....sehingga sarana dan prasarananya kira2 memiliki kesamaan hanya skalanya saja yang berbeda. karena alasan arti dan fungsi itulah perlu diterapkan suatu perencanaan atau design awal dalam tahap2 perwujudannya, tahap pemeliharaannya ( mainten-nya) lalu tahap pengembangannya seiring dengan pertambahan populasi.
Mendesain berarti juga membreakdown ( merinci ) konsep - konsep yang akan diterapkan dalam mewujudkan sebuah kota....contohnya kota Bogor ( kota kelahiranku )..konsep apa yg akan diwujudkan ? kota wisata kah, kota pendidikan, atau kota dengan konsep sebagaimana asal namanya buitenzorg ( kota tempat peristirahatan, bukan kuburan loh ) atau bandung yang ngetrend dengan paris van java..atau beberapa kota dengan sebutan kota pelabuhan dll. atas dasar kekuatan konsep dan perencanaan konsep yang matang itulah semua tindakan di design, undang undang atau perda perda semua itu dibuat dalam rangka menjaga keutuhan konsep urban renewal.
setelah kita menentukan konsep kota, selanjutnya kita merinci secara detail "material" dan "komponen" apa saja yg tersedia dan kita perlukan untuk mewujudkan konsep tersebut dengan kata lain potensi daerah apa saja yg akan kita unggulkan dan menjadi agregat utama dalam sebuah tema konsep.lalu setelah berhasil menginventarisasi potensi daerah tadi maka pendayagunaannya harus dioptimalisasi dan dikonversi menjadi pemenuhan kebutuhan warganya.
Pengertian material & komponen agak berbeda tapi keduanya sama sama merupakan variabel yg tidak terpisahkan dalam pengertian tata kota."material" lebih kepada kondisi dan letak geografis, keadaan alam, topografi atau secara umum "material" itu pengertiannya seperti wadah, kanvas atau media..kira2 demikian. sedangkan "komponen" pengertiannya yaitu sesuatu yg mengisi, misalnya warga kota, keragaman budaya, potensi historis, potensi pariwisata, kemajemukan warga atau etnis, potensi sosial akademik dll.ilustrasinya begini, kita membangun rumah memerlukan material yaitu misalnya: pasir, bata, semen, kayu dll sedangkan komponen pengisi rumah misalnya: meubel, lampu, pintu & jendela, lift dalam sebuah bangunan bertingkat dan juga termasuk tanaman penghias taman atau kotak surat bila diperlukan.
dalam perspektif tata kota keduanya harus ditata kelola sehingga keberadaannya berpotensi dan bersinergi positif menjadi daya dukung bagi terwujudnya pembaruan kota. keduanya harus menjadi episentrum pergerakan atau geliat kehidupan disegala aspek poleksosbudhankam.jadi seorang walikota yg tidak pandai dalam mengklasifikasikan keduanya atau bahkan rancu maka akan terjadi pembiasan dalam penataan, kerancuan dalam menentukan prioritas pembangunan kota dan terjebak dalam kemandegan.
keragaman potensi harus dihimpun, diasosiasikan, diberikan ruang gerak. bagaimana mungkin kita akan mengerakan suatu potensi sementara ruang geraknya terbatas. produksi harus bertemu market, pendidikan memerlukan sarana dan prasarana, sains & technologi harus difasilitasi koridor penerapan hingga berdaya guna, termasuk juga hukum & undang-undang harus bertemu ranahnya karena memaintenance sebuah kota harus diawali dengan penerapan hukum dan undang-undang itu sendiri, tanpa diawali keduanya wujud penataan hanya utopi belaka..
Subscribe to:
Posts (Atom)